Ukuran Partikel
Tidak
semua partikel dalam udara yang terinhalasi akan mencapai paru.
Partikel yang berukuran besar pada umumnya telah tersaring di hidung.
Partikel dengan diameter 0,5-0,1 μ yang disebut partikel terhisap yang
dapat mencapai alveoli. Partikel berdiameter 0,5-0,1 μ dapat mengendap
di alveoli dan menyebabkan terjadinya pneumokoniosis (Malaka, 1996).
Partikel
debu yang berdiameter > 10 μ yang disebut coarse particle merupakan
indikator yang baik tentang adanya kelainan saluran pernafasan, karena
adanya hubungan yang kuat antara gejala penyakit saluran pernafasan
dengan kadar partikel debu di udara (pope, 2003).
Konsentrasi Pertikel Debu dan Lama Paparan
Semakin
tinggi konsentrasi partikel debu dalam udara dan semakin lama paparan
berlangsung, jumlah partikel yang mengendap di paru juga semakin banyak.
Setiap inhalasi 500 partikel per millimeter kubik udara, setiap alveoli
paling sedikit menerima 1 partikel dan apabila konsentrasi mencapai
1000 partikel per millimeter kubik, maka 10% dari jumlah tersebut akan
tertimbun di paru. Konsentrasi yang melebihi 5000 partikel per
millimeter kubik sering dihubungkan dengan terjadinya pneumokoniosis
(Mangkunegoro, 2003).
Pneumokoniosis
akibat debu akan timbul setelah penderita mengalami kontak lama dengan
debu. Jarang ditemui kelainan bila paparan kurang dari 10 tahun. Dengan
demikian lama paparan mempunyai pengaruh besar terhadap kejadian
gangguan fungsi paru (Yunus, 2006).
Pertahanan Tubuh terhadap Paparan Partikel Debu yang Terinhalasi
Beberapa
orang yang mengalami paparan debu yang sama baik jenis maupun ukuran
partikel. Konsentrasi maupun lamanya paparan berlangsung, tidak selalu
menunjukkan akibat yang sama. Sebagian ada yang mengalami gangguan paru
berat, namun ada yang ringan bahkan mungkin ada yang tidak mengalami
gangguan sama sekali.
Hal ini diperkirakan berhubungan dengan perbedaan kemampuan system pertahanan tubuh terhadap paparan partikel debu terinhalasi.
Menurut Murray & Lopez (2006), dilakukan dengan cara yaitu:
- Secara mekanik yaitu: pertahanan yang dilakukan dengan menyaring partikel yang ikut terinhalasi bersama udara dan masuk saluran pernafasan. Penyaringan berlangsung di hidung, nasofaring dan saluran nafas bagian bawah yaitu bronkus dan bronkiolus. Di hidung penyaringan dilakukan oleh bulu-bulu cilia yang terdapat di lubang hidung, sedangkan di bronkus dilakukan reseptor yang terdapat pada otot polos dapat berkonstraksi apabila ada iritasi. Apabila rangsangan yang terjadi berlebihan, maka tubuh akan memberikan reaksi berupa bersin atau batuk yang dapat mengeluarkan benda asing termasuk partikel debu dari saluran nafas bagian atas maupun bronkus.
- Secara kimia yaitu cairan dan cilia dalam saluran nafas secara fisik dapat memindahkan partikel yang melekat di saluran nafas, dengan gerakan cilia yang mucociliary escalator ke laring. Cairan tersebut bersifat detoksikasi dan bakterisid. Pada paru bagian perifer terjadi ekskresi cairan secara terus menerus dan perlahanlahan dari bronkus ke alveoli melalui limfatik. Selanjutnya makrofag alveolar menfagosit partikel yang ada di permukaan alveoli.
- Secara imunitas, melalui proses biokimiawi yaitu humoral dan seluler. Ketiga sistem tersebut saling berkait dan berkoordinasi dengan baik sehingga partikel yang terinhalasi disaring berdasarkan pengendapan kemudian terjadi mekanisme rekasi atau perpindahan partikel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar